IDUL ADHA disebut juga Idul Qurban (Kurban), karena memang menyembelih hewan qurban waktunya tepat setelah selesai menunaikan shalat hari raya itu atau 10 Dzulhijjah sampai matahari terbenam tanggal 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik). Ibadah Qurban, seperti juga serangkaian ritual haji, merupakan syariat Nabi Ibrahim yang dilanjutkan dan dilestarikan oleh Nabi Muhammad SAW dan umatnya, bertolak dari ajaran Nya.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” (QS. Al-Kautsar:1-2)
Penyampaian qurban dilakukan Ibrahim tempo hari, adalah peristiwa yang menunjukkan makna tentang larangan bagi kita untuk menghamba kepada insting-insting primitive kebendaan, larut dalam bujuk rayu materialisme hedonistic yang serba palsu dan menjajikan kesenangan sesaat dan artificial penuh rekayasa. Qurban adalah peristiwa yang melukiskan pergulatan iman Ibrahim : antara memilih Allah atau memilih ismail, anaknya sendiri yang kelahirannya telah didambakan selama seratus tahun.
Hikayat dramatis yang diabadikan Tuhan itu, diantaranya dalam QS. Ash-Shaffat: 100-111, menggambarkan kepada kita ihwal makna hakiki dari sebuah pengurbanan (ruh Qurban)
Memasuki momentum hari raya Idul Adha 1427 H/2006 ini, kita diingatkan untuk melakukan ritus napak tilas (ekspidisi jejak Rasul-Commemorative) dengan setiap kita menjadi Ibrahim-ibrahim kecil yang ikhlas dan rendah hati mengorbankan “ismail” yang paling kita cintai.
“Kamu tidak akan mendapatkan kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu mendermakan/mengorbankan sebagian hartamu yang kamu cintai” (QS. Al
Imran:92)